
Menjelang senja, cuaca mendung, rintik hujan gerimis lembut menyapa kawasan Alun-alun Kidul Yogyakarta, namun demikian tidak menyurutkan masyarakat yang ingin menghabiskan malamnya untuk mengunjungi Alun-Alun Kidul Yogyakarta. Semakin larut, justru semain ramai para pengunjung berdatangan. Seolah-olah gemerlap Alun-Alun Kidul Yogyakarta ini memiliki daya tarik tersendiri.
Kebanyakan dari para pengunjung, adalah para pelancong yang sedang berkunjung menikmati keindahan kota Yogjakarta, disamping itu juga warga masyarakat dari Yogya dan sekitarnya. Mereka yang datang kebanyakan rombongan, terdiri dari beberapa orang, ada juga yang berpasangan dan juga sendirian. Berbaur membanjiri area Alun-Alun Kidul Yogyakarta. Keramah-tamahan masyarakat tampak terlihat disana, melalui sapaan yang santun.
Sebagaimana namanya ‘Alun-Alun Kidul’, merupakan alun-alun atau lapangan yang berada di sebelah Selatan, di belakang Keraton Yogyakarta. Secara administratif keberadaan Alun-Alun Kidul masuk dalam Kecamatan Keraton Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perlu diketahui bahwa Keraton Yogyakarta mempunyai alun-alun atau lapangan yang luas dan terdapat pada bagian depan Keraton Yogyakarta yaitu Alun-Alun Utara dan dan alun-alun (lapangan) yang terdapat pada bagian belakang Keraton Yogyakarta, yaitu Alun-Alun Kidul (Selatan). Kedua Alun-Alun tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Pada masa lalu, Alun-Alun Kidul Yogyakarta banyak digunakan untuk acara-acara tertentu seperti latihan ketangkasan prajurit keraton, berbagai kegiatan latihan digelar disini, seperti ; ketangkasan berkuda, memanah, dll.
Saat ini fungsi alun-alun tersebut sudah banyak berubah, area yang terbuka dan berfungsi sebagai ruang publik dan area hiburan untuk masyarakat, setiap hari Alun-Alun Kidul banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai usia.
Untuk menuju ke lokasi Alun-Alun Kidul sendiri tidak terlalu sulit, karena keberadaanya di tengah kota dan dibelakang Keraton Yogyakarta, sehingga bisa dijangkau dari berbagai arah. Dari Malioboro atau titik nol dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 15 menit menggunakan becak. Dalam perjalanan, Anda akan melewati bekas pasar burung Ngasem dan salah satu istana air Tamansari. Jika menggunakan kendaraan umum dapat memilih bus kota Jalur 5, kemudian turun di Plengkung Gading, berjalan ke arah utara menuju Alun-Alun Kidul Yogyakarta.
Salah satu daya tarik bagi para pengunjung yang menikmai malam di Alun-Alun Kidul Yogyakarta ini adalah ‘Odong-Odong’ Warna-Warni dengan lampu hiasnya. Odong-Odong, begitu warga masyarakat setempat mengatakanya, atau sebagian orang menyebutnya ‘sepeda gembira’, yaitu sebuah kendaraan sepeda yang modifikasi menjadi berbagai jenis kendaraan, ada jenis mobil VW Kodok, bus, kereta, dan berbagai jenis mobil antik lainya, dilengkapi dengan hiasan dan lampu warna-warni, kelap-kelip, sehingga menambah suasana semakin semarak.
Odong-Odong atau sepeda gembira ini digerakan dengan mengayuh, layaknya sepeda dan ada beberapa pengayuhnya (tiga pengayuh, satu di depan dan dua di belakang), sehingga ketiganya bisa mengayuh secara bersamaan, untuk memacu Odong-Odong antik tersebut. Sementara lampu kelap-kelip, warna warninya digerakan oleh sumber daya dari Accu.
Satu Odong-Odong atau sepeda gembira ini bisa menampung dua sampai lima orang, dengan mengayuh secara bersamaan mengelilingi Alun-Alu Kidul Yogyakarta, sembari menikmati suasana malam yang semakin ramai.
Untuk tarif sewa Odong-Odong sendiri, sekali jalan, satu putaran mengelilingi Alun-Alun Kidul, dikenakan tarif per sewa kendaraan, bukan per-jumlah orang yang naik, tarifnya 50 ribu rupiah untuk satu putaran. Jika pengunjung ingin menyewa dan berkeliling dua putaran akan diberikan discount khusus, cuma membayar 30 ribu rupiah per putaran, sehingga untuk dua putaran hanya dikenakan tarif 60 ribu rupiah.
Dari perbicangan penulis dengan Pak Nugroho yang biasa mangkal di Alun-Alun Kidul malam itu, mendapatkan informasi bahwa untuk modal pembuatan Odong-Odong atau sepeda gembira ini sekitar 10 sampai 15 juta rupiah. Namun demikian modalnya bisa kembali dalam kurun waktu sekitar satu tahun. Hitungan sederhanya, Odong-Odong atau sepeda gembira yang penuh warna warni ini bisa mendatangkan keuntungan sampai 300 ribu rupiah dalam semalam.
Pada saat musim liburan tentunya penghasilan para pemilik usaha Odong-Odong ini akan meningkat seiring dengan ramainya para pengunjung di Alun-Alun Kidul Yogyakarta ini.
Selain warna warni dari lampu Odong-Odong atau Sepeda Gembira ini, para pengunjung juga dimanjakan dengan berbagai kuliner khas Yogyakarta. Wedang Ronde, merupakan minuman hangat favorit bagi para pengunjung, disamping itu juga ada Jagung Bakar, dan berbagai jenis kuliner khas Yogyakarta yang begitu nikmat lainnya.
Keberadaan Odong-Odong atau Sepeda Gembira ini telah mendapat restu dari pemerintah setempat, keberadaan pengelolaan kreatifitas seperti ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, dan imbasnya tentu akan meningkatan pendapatan bagi pemerintah daerah juga menggerakan ekonomi kerakyatan di daerah tersebut. Pengelolaan sektor wisata yang dikelola dengan kreatifitas, tidak saja mendatangkan pendapatan bagi daerah, tetapi juga berdampak bagi sektor lain untuk ikut bangkit, paling tidak mendatagkan berkah dan peluang usaha bagi warga masyarakat setempat.
Penulis : W. Suratman